Minggu, 05 Februari 2012

Bloody Romance



Yooo minna~sama .. saya membawa fanfic baru yang berhasil saya buat .. langsung saja deh ..
Jangan bosan kalo saya bikin FF yang cast nya Yabu Kouta yaa ~
Okee douzou ~

Tittle : Bloody Romance
Genre : Romance, Fantasy
Rating : T
Cast : Hey!Say!BEST , Ishimoto Sashi (OC), and the other OC.



     Di malam bersalju, di sebuah gang kecil di pinggiran kota Yokohama. Tap tap tap.. suara langkah kaki yang ketakutan memenuhi gang sepi itu.

“yamete kudasai! hontou ni yamete! kore .. ambil ini semua, ambil! bawa pergi barang-barangku semua.. tapi tolong hentikan ini.. yameeeteee~!!” teriakan seorang gadis terdengar sangat nyaring di kegelapan malam. Sambil berlari-lari menjauhi 3 sosok laki-laki yang sedang mengejarnya.

“kau jangan lari seperti itu sayang.. aku tak akan menyiksamu. Aku akan mengambil barangmu dan aku tak akan menyakitimu, jadi tolong, berhentilah. Oke?” kata lelaki botak dengan suara yang dilembut-lembutkan dan senyuman hentainya. Gadis itu makin ketakutan.

    Mungkin gadis itu sudah kehilangan akalnya, tapi mau bagaimana lagi? Tidak ada jalan lain menuju rumahnya jika tidak lewat sini. Pada akhirnya gadis itu mengurangi laju larinya. Sambil terus berjalan mundur menjauhi 3 laki-laki didepannya. Ia mulai melepas jam tangannya, kalung, mengeluarkan dompet dan hapenya. Ia menyerahkan barangnya kepada si laki-laki botak.Setelah memberikan semua barangnya, gadis itu berusaha berlari lagi. Tapi tiba-tiba dari samping, tubuh gadis itu disambar oleh salah satu preman yang sedari tadi memasang muka nafsu terhadap gadis itu.

    “kyaaaaaa!! yaaamete, yaaaameteee.. lepaskan aku !! lepaaass !!” teriak si gadis spontan. Airmatanya mulai menetes saking takutnya. Preman berambut gondrong itu memeluk erat tubuh gadis itu. Beberapa saat kemudian, 2 orang lainnya mulai mendekati gadis itu dengan tatapan hentai mereka. Sang gadis hanya bisa berteriak dan meronta-ronta, berusaha melepaskan dirinya dari tangan kotor preman itu.

            Dua preman itu memegangi tubuh gadis itu , sedangkan satunya berusaha melepaskan jaket tebal si gadis. Gadis itu terus memberontak hingga dua tamparan melayang di kedua pipinya. Ia terus meronta-ronta dan menangis memohon untuk dilepaskan. Satu persatu benda yang melekat di tubuh gadis itu sudah berhasil di lucuti oleh para preman itu. Ketika tinggal kaos tipis saja yang melekat ditubuh gadis itu, tiba-tiba angin berhembus kencang. Dan..

“Aargh!” teriakan ketiga preman itu terdengar. Dalam sekejap mata ketiga preman itu sudah terlempar jauh menjauhi gadis itu. Ketika menyadari apa yang terjadi, si gadis dengan cepat memakai kembali pakaiannya dan berlari menjauh dari tempat itu. Ia kalut dan ketakutan hingga ia tak mampu berpikir apa yang terjadi sebenarnya. Yang dipikirannya sekarang adalah dia harus cepat berlari menyelamatkan dirinya. Dia bahkan tak tahu kemana arah larinya.

           Ia masih terus berlari meskipun tersengal-sengal. Sampai akhirnya ia menemukan bangku dan duduk disitu. Napasnya masih memburu, gadis itu berusaha mengatur napasnya kembali. Beberapa detik kemudian, gadis itu sudah sedikit tenang. Diputarnya kepalanya cepat ke kanan dan ke kiri, memastikan para preman itu tak mengejarnya lagi. Setelah dirasa sudah aman, dihempaskannya punggungnya ke sandaran bangku itu dan meneteskan air mata pelan-pelan.
                Beberapa menit kemudian mendadak ditegakkannya tubuhnya kembali dan mengusap air matanya. “Dimana aku sekarang? gawat! Telepon.. aku harus menelepon seseorang!” Ia gelagapan sendiri mengobrak-abrik tasnya mencari sesuatu.

           Dia terus mencari seakan-akan dia lupa kalau semua barang-barangnya sudah dia berikan pada para preman tadi. “Kau mencari ini semua, nona Ishimoto?” Tiba-tiba sebuah suara berat dan dingin berbicara di sampingnya. Gadis yang dipanggil Ishimoto itu langsung menoleh dan sontak berdiri kaget. Ia melihat sosok lelaki jangkung berdiri di depannya hanya mengenakan kaos lengan panjang tipis serta celana panjang di malam sedingin itu. Alis gadis itu terangkat memandang laki-laki itu.

“Siapa kau? Kenapa semua barangku ada di tanganmu? Dan.. darimana kau tau namaku?” serentetan pertanyaan terlontar dari mulut gadis itu.

“Aku menemukannya di jalan tadi. Dan namamu, aku melihatnya di dompetmu” Jawab lelaki itu singkat sembari memberikan barang-barang di tangannya dengan ekspresi datar.

“ah, souka.. hontou ni arigatou gozaimasu. Watashi wa Ishimoto Sashi desu” kata Sashi membungkukkan badannya.

“Yabu Kouta desu” Jawabnya singkat dengan ekspresi yang sama.. Datar.

“kalau begitu, aku pulang dulu. Sekali lagi terima kasih telah mengembalikan barang-barangku, Yabu-san” kata Sashi sembari memasukkan barang-barangnya ke dalam tas tangannya.

                Ketika Sashi melihat ke arah Yabu hendak membungkuk berpamitan pada pria itu, Yabu menatapnya tajam dan seakan tak berkedip melihat ke arah dirinya.

“Yabu-san? daijobu desuka? Yabu-san?” kata Sashi sambil melambai-lambaikan tangan kanannya di depan wajah lelaki itu.

“eh? Mm.. daijoubu desu” kata Yabu lalu ia pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun lagi.

“eh? Aneh sekali orang itu. Sikapnya aneh. Lalu apa dia tidak kedinginan memakai pakaian seperti itu di cuaca sedingin ini? Haah.. Ya sudahlah, aku pulang saja.” Gerutu Sashi dan akhirnya ia melangkahkan kakinya untuk pulang.
                                     $3B           +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

“tadaimaaaa~” kata Sashi ketika memasuki rumah.

                Seperti biasa di rumah ini sangatlah sepi dan semacam tak ada kehidupan sama sekali. Selalu sepi hari-harinya. Maklum, Sashi adalah anak tunggal dan kedua orangtuanya bekerja di Fukuoka. Orangtuanya hanya pulang seminggu sekali dalam satu bulan. Untungnya Sashi adalah anak yang terbiasa mandiri sejak kecil.

“Untungnya Tuhan masih sayang padaku hari ini.” hela Sashi sembari merebahkan diri dikasur. Ia terus mengingat kejadian yang terjadi hari ini dan ketika matanya sudah lelap tidur, ia terbangun oleh dering hapenya. Segera diambilnya hapenya itu dari tasnya.

“astaga.. kurang kerjaan kah orang ini telpon malam-malam?” gerutunya. “Haai, moshi-moshi” kata Sashi ketika mengangkat telponnya.

“moshi-moshi.. apa kau sudah tidur? aku mengganggumu?” tanya suara diseberang telepon sana.

“e? belum, aku belum tidur. Dan yah, mungkin kau sedikit menggangguku, tapi tak apalah.. ehm, sebelumnya siapa ini?” ucapnya terus terang.

“Yabu desu.” Jawabnya singkat.

“Yabu ? dare ?” tanya Sashi.

“Astaga , mungkin kita baru bertemu sekitar.. yah.. Dua jam yang lalu. Apakah kau lupa?” keluh Yabu.

“Yabu-san?” teriak Sashi reflek. “Apa yang kau lakukan? kok bisa tau nomor ku ini?” tanyanya bingung.

“ahaha , gomenne~ aku tadi sengaja membuka hapemu dan aku meminta nomormu. Maaf aku lancang” jelas Yabu.

“aa.. iie.. tak apa. Doushite?” tanya Sashi.

“aku hanya ingin menyampaikan bahwa kau meninggalkan kalungmu ditanganku tadi, kau mungkin lupa tidak
mengambilnya atau mungkin juga tersangkut di jari-jariku. Nah, sebaiknya kau mengambilnya sekarang. Aku menggantungnya di tangkai bunga kesayanganmu. Jaa , oyasumi”

                KLIK.. tuuuut...tuuuuut...tuuut...

                Sashi hanya melongo diatas tempat tidur, berusaha mencerna perkataan Yabu tadi dan segera saja ia melonjak dari atas tempat tidur dan membuka jendela kamarnya. Ia mencari pot bunga kesayangannya dan benar saja kalung putih miliknya bergelantung di tangkai bunga melati itu. Ia segera mengambilnya dan mencari sosok jangkung yang menelponnya tadi.

“kok nggak ada? Kok dia tau ini bunga kesayanganku?” kata Sashi dalam hati. Menyerah karena ia tak menemukan orang itu, akhirnya ia menutup kembali jendela kamarnya dan beranjak naik ke kasur, merebahkan tubuhnya. Lima menit kemudian, ia sudah masuk ke alam mimpi.
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

~Ditempat yang berbeda~

“sepolos itu mau kau jadikan korbanmu?” tanya pemuda berambut keriting kepada lelaki jangkung di depannya.

“ya.. dan tidak” jawab Yabu singkat.

“lebih baik kau hentikan ini semua, mereka punya kehidupan yang lebih baik daripada harus seperti kita ini” timpal pemuda
yang lebih pendek.

“kau tak punya urusan dengan pilihanku” jawab Yabu sambil berlalu meninggalkan kedua lelaki itu.

“oe?! kita belum selesai bicara. Kau ini vampir tak tau sopan santun ya!” teriak si pendek tadi.

“Dai-chan! kau juga tak sopan teriak malam-malam seperti ini. kau mengganggu manusia yang sedang tidur!” omel si keriting.

Si kriting pun seperti membaca sesuatu dipikiran Yabu. dan akhirnya ia memutuskan untuk pergi juga.
Dan suasana rumah itu menjadi hening.

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Keesokan paginya ..

Tok...tok ...
Tok...tok...

“chotto matte yo~ !!” teriak Sashi dari dalam rumah.

                Terdengar suara gaduh dari dalam rumah, seperti terjadi kekerasan keluarga. 3 menit kemudian Sashi membuka pintu dan betapa kagetnya dia melihat siapa tamunya di pagi yang masih diselimuti salju ini.

“A.. APA YANG KAU LAKUKAN DISINI?!!” kata Sashi keras.

“urusai yo~ ini masih pagi tau” Jawab Yabu.

“aa.. darimana kau bisa tau rumahku? apa yang mau kau lakukan?” tanya Sashi bingung.

“tenang saja aku tak akan menyakitimu. Haah.. kau bodoh apa memang pelupa sih? kalau aku tak tau rumahmu, mungkin kalungmu itu tidak menggantung di lehermu sekarang. baka omae!” Jawab Yabu enteng.

                Sashi hanya diam terpaku dan tak berkata apa-apa lagi. Kemudian ia melihat jam tangannya dan tiba-tiba saja ia berlari ke dalam rumah. Entah apa yang ia lakukan ini terdengar sangat gaduh bagi Yabu yang sedang mematung didepan rumah Sashi. Beberapa menit kemudian, Sashi keluar dengan pakaian dan dandanan yang rapi.

“gomen, aku harus bersiap-siap kuliah. Makanya kau kutinggal begitu saja. Em, apakah urusanmu sudah selesai? Aku harus kekampus sekarang.” Kata Sashi sembari membetulkan tali sepatunya.

“yaak , sebenarnya tujuanku kesini justru untuk mengantarmu pergi ke kampus.” Jawab Yabu.

“eeh? mengantarku?” Sashi dengan cepat mendongakkan kepalanya melihat lelaki di depannya itu dengan tatapan bingung.

“ya , mengantarmu.” Jawab Yabu santai.

                Sashi semakin bingung dibuatnya. Ia menatap Yabu tajam. Tiba-tiba Yabu menarik Sashi menuju mobilnya.

 “sudahlah, sekarang lebih baik kita berangkat. Aku tak mau melihatmu harus telat lagi hanya karena kau sering tertidur di halte bis.” Kata Yabu.

“eeeeh ?!! darimana kau tau itu?” tanya Sashi.

“sudah jangan banyak tanya. Cepat masuk !” perintah Yabu

“haaai~” Sashi pun akhirnya menurut pada orang aneh yang tiba-tiba masuk di kehidupannya itu.

                                                +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

“Hmm , aneh juga yaa orang seperti Yabu itu. apa yang ia lakukan, terlihat seperti ‘bahaya’” Kata si gadis pirang.

“Aaah , aku juga tak mengerti mengapa aku bertemu dengan orang seperti itu. Menurutmu, apakah akan baik-baik saja jika aku berteman dengannya?” tanya Sashi pada temannya itu.

“Bagaimana aku bisa tau dia baik atau tidak padamu. Yang jelas kau harus selalu berhati-hati. Kita tidak akan mengerti apa yang akan terjadi, Sashi-chan. Aku harap kau akan selalu baik-baik saja” gadis itu mulai memberinya nasihat.

“mm, arigatou Haru-chan. Eh iya, sebaiknya aku pulang sekarang. Jam 4 nanti aku harus menjemput orangtuaku di stasiun” ucap Sashi.

“apakah orangtuamu pulang hari ini?” tanya Haru.

“mmm” Sashi mengangguk. “Kalau begitu aku duluan, ya. Jaa Haru-chan” kata Sashi sembari bangkit dari tempat duduknya dan keluar dari cafe.          

 Ketika Sashi hendak memanggil taksi, tiba-tiba mobil sedan hitam berhenti di depannya dan kaca mobil itu perlahan terbuka.

“kau ingin pulang Nona?” sapa si pengendara mobil itu.

“eeh?!! Kau lagi. Apa yang kau lakukan? Bagaimana kau bisa tau aku disini?” tanya Sashi heran. Kenapa makhluk satu ini bisa serba tau? Jangan-jangan dia stalker profesional, pikir Sashi dalam hati.

“yaah, mungkin untuk kali ini, aku memang sedang berjodoh dengan manusia. Aku hanya kebetulan lewat, dan melihatmu disini.” jawab Yabu dengan gaya cueknya.

“maksudmu berjodoh dengan manusia? memang kau bukan manusia?” selidik Sashi.

“menurutmu?” tanya Yabu balik.

“Kau hantu. Atau mungkin kau anak dukun. Atau justru kau adalah tetuanya dukun. Atau ...” Sashi tak meneruskan
ucapannya karena Yabu keburu menyelanya.

“Atau kau akan kusantet jika kau tak cepat masuk kedalam” kata Yabu yang tiba-tiba sudah berdiri disamping Sashi dengan wajah yang hanya beberapa senti dari wajah Sashi.

“KYAAAAAAAAAAAAA !! kenapa kau tiba-tiba disini?! mau apa kau?!! jauhkan mukamu dari kuuuu!!” triak Sashi seperti orang kalap.

“sssssshhhh !! kau ini sungguh merepotkan. Bisa tidak sih tidak teriak?! Ini kan tempat umum! Cepat masuk!!” perintah Yabu, ia membukakan pintu mobilnya dan akhirnya Sashi masuk kedalam mobil.

                Entah dalam hitungan berapa detik, tiba-tiba Yabu sudah berada didalam mobil dan mobil itu sudah melaju dengan kecepatan tinggi menyusuri jalanan Yokohama yang padat ini. Selama dalam perjalanan menuju rumah Sashi mereka berdua hanya bungkam. Tak ada yang bicara. Ketika tiba-tiba pertanyaan Yabu membuyarkan lamunan Sashi.

“maukah kau berkencan denganku?” tanya Yabu. Sashi hanya diam tercengang.

“mau tidak? Dengar gak sih?” ulangnya. Sashi tetap diam dan menunduk.

                Ciiiiiiiiiiiiit, mobil secara mendadak diberhentikan oleh Yabu. Yabu melepaskan sabuk pengamannya dan menyampingkan badannya menghadap Sashi. Sashi hanya menunduk diam. Yabu kemudian memegang dagu Sashi dan mengangkatnya sedikit. Mata mereka bertemu. Jantung Sashi serasa dibetot oleh tali besar. Tiba-tiba pikirannya blank dan berkeringat dingin. Yabu tetap menatapnya dalam-dalam dan terus memajukan wajahnya hingga wajahnya dan wajah Sashi berbatas 1 cm, sampai pada akhirnya.. Sashi mengerjapkan matanya, mengembalikan kesadarannya. Dan...
BUUUK !!

“ITTTTTTTTTTTAAAAAAAAAAAAAI !!” jerit Sashi.

“apa yang kau lakukan BAKA?!!” Yabu berteriak mengimbangi jeritan Sashi.

                Yabu segera menarik tangan Sashi dan melihat tangan Sashi memerah dan seperti patah tulang. Sashi menjerit tertahan menahan lukanya.

“apa yang kau pikirkan sampai-sampai kau memukulku?!” Yabu gelagapan bingung.

“kau mau berlaku kurang ajar kan kepadaku? wajar kalau aku memukulmu!” Sashi menjawab marah.

“kau masih bisa mendorongku, kan?!!”

“selama aku bisa memukulmu kenapa tidak?!! kenapa kau malah senang aku berontak terhadapmu ?!”

“tapi dengan memukulku kau malah terluka, kan?!! lihat tanganmu! aku tak ingin melukaimu, Sashi” ujar Yabu marah.

“KALAU TAK INGIN AKU TERLUKA MENGAPA KAU MALAH INGIN MELUKAIKU HAH ?!!” bentak Sashi.

“AKU HANYA BERUSAHA MEMBACA PIKIRANMU! KAU TAU SEMALAMAN AKU TAK BISA TENANG HANYA KARENA DIRIMU! AKU MERASA ADA SESUATU YANG SALAH PADAKU! AKU MENJADI FRUSTASI SEHARIAN!” balas Yabu tak mau kalah.

“apa urusanmu dengan apa yang aku pikirkan, hah?! siapa kau memangnya?” Sashi mulai merasa aneh disini.

“aku ... aku .. a”

“CEPAT KATAKAN SIAPA KAU SEBENARNYA?!!” Sashi mengguncang tubuh Yabu.

“AKU BUKAN MANUSIA !”

                ZIIIIIIIIIIIING ~ dan suasana dalam mobil pun seketika berubah hening. Sashi menatap Yabu tak percaya. Ia menjadi bingung akan yang terjadi hari ni. Detik berikutnya Yabu sudah keluar mobil, membukakan pintu mobil dan mengeluarkan Sashi dari dalam mobil.

“mau apa kau?” tanya Sashi takut.

“membuktikan sesuatu kepadamu” Ucap Yabu singkat.

                Bagai angin badai berhembus secara mendadak Sashi sudah berada ditempat yang belum ia kenali. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya dan terpaku tak bergeming.

“hontou!! dia memang bukan manusia” gumam Sashi.

PLOK..PLOK..PLOK.. terdengar suara tepuk tangan dari seseorang.

“kau hebat Yabu-ku.. membawa seorang gadis kemari dengan keadaan masih hidup dan hmmm.. bau darahnya segar sekali.” Ucap seorang lelaki yang mukanya terlihat garang.

“hah? darah? kau ini sebenarnya apa sih?” Sashi menatap Yabu bingung.

“lhoh? kukira kau sudah mengetahui siapa Yabu. Surprise sekali ini..” timpal si garang tadi.

“urusai Yuuya!” kata Yabu berang dan menyeret Sashi pergi dari tempat itu. Tiba-tiba muncul 3 orang laki-laki dan 2 perempuan dihadapan mereka. Yabu menolehkan kepala cepat ke arah mereka.

“mau kemana kau?” ucap lelaki bertubuh pendek.

“kebetulan sekali. Aku mau mencari kalian. Kalian terlalu lama. Aku muak melihat muka Yuuya” ucap Yabu menekankan kata “Yuuya” sambil melirik orang yang sedang santai bermain gelas bening disudut ruangan.

“Niichan.. Niichan pulang membawakanku hadiah, ya! Heemm.. Darah gadis ini harum sekali. aku senang!” ucap seorang gadis dengan gaun hitam selutut model Goth Lolita menghampiri Yabu dan menempelkan tangan kanannya di leher Sashi. Sashi hanya begidik karena tangan perempuan itu sangatlah dingin

“Baka! aku membawanya kesini bukan untuk mangsamu, Hime!” Yabu menjewer telinga adiknya yang bernama Yabu Hime itu. Hime hanya meringis kesakitan.

“sebaiknya kita tidak bicara di sini” ujar Yabu sambil melirik sekali lagi ke arah Yuuya. Yabu, Sashi dan kelima makhluk lainnya meninggalkan Yuuya sendirian.

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

               Sashi duduk di pinggir tempat tidur di kamar yang bernuansa gelap dan klasik itu. Sekarang dia berada di kamar Yabu Kouta dan sang pemilik kamar sekarang sedang duduk di depan Sashi dan mengobati tangan Sashi yang hampir patah tadi.

“okey, selesai. Sekarang kau tunggu di sini aku akan segera kembali. Jangan pergi ke luar! kamar itu sangat bahaya!” perintah Yabu. Sashi mau tak mau harus menurut. Yabu keluar kamarnya dan membiarkan Sashi sendirian melihat-lihat kamarnya.

                Yabu pergi menemui lima orang yang sudah berkumpul dan menunggunya di ruang tengah rumah besar itu.

“Kenapa kau membawa manusia kemari?” tanya lelaki yang sedang duduk di samping seorang wanita bergaun merah. Wanita itu melingkarkan tangannya dan menyandarkan kepala pada lengan laki-laki bernama Yaotome Hikaru itu.

“aku hanya ingin mengenalkannya pada kalian” ucap Yabu santai.

“hanya mengenalkan?” tanya Hime.

“apa maksudmu sebenarnya?” timpal Hikaru

“yaa.. baiklah.. aku membawanya kemari untuk mengenalkannya dan aku juga ingin minta tolong pada kalian untuk
melindunginya. Dia bukan mangsaku, yang berarti bukan mangsa kalian juga” Jelas Yabu.

“hah! Kenapa kami harus melindungi manusia? Mereka diciptakan untuk kita jadikan makanan” ucap wanita bergaun merah yang terkesan glamour bernama Yaotome Nana tersebut. Ya.. wanita itu istri Yaotome Hikaru.

“Niichan, benar kata Nana-san. kenapa kami harus melindungi gadis itu? aku kan ingin minum darah segar gadis itu” Hime ikut menimpali.

“sudah kubilang, Dia bukan mangsa!” bentak Yabu.

“Memangnya kami harus melindunginya dari apa?” tanya Inoo akhirnya angkat bicara

“dari Takaki Yuuya” ucap Yabu menatap kelima vampir itu tajam.

“kenapa kami harus melindunginya dari Yuuya?” Daiki bertanya sambil mengernyitkan dahinya.

“Karena.. karena ia akan membunuh gadis itu. memangsanya. Sudah lama ia mengincarnya”

“Memang apa salahnya kalau Yuuya ingin memangsa gadis itu? Darah gadis itu memang menggiurkan. Wajar Yuuya
tergiur. Kau pasti juga merasakan hal yang sama !” tegur Nana melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap tajam Yabu.

“aku mencintainya sejak pertama aku mengetahuinya ! dan ingat Nana dulunya kau juga seperti apa ! mungkin kau bisa memohon pada Hikaru untuk bercerita kembali bagaimana dulunya ia mempertahankanmu agar kau hidup !” ucap Yabu sambil mengerling pada Nana dan Hikaru
Nana hanya manyun sedangkan Hikaru menatap Yabu tajam. Mengerti perasaan Yabu saat ini.

 “aku tambahkan, kalau kalian berani menyentuh Sashi dengan niat jahat kalian itu. aku tak segan-segan membunuh kalian!” ancam Yabu.

“Oniichan...” Hime merengek pada kakaknya sambil mengguncang-guncang lengan Yabu berharap niichannya itu mengubah pikirannya.

“kalau kau macam-macam, akan kubunuh juga kau!” ancam Yabu pada adiknya. Hime pun terpaksa menurut pada kakaknya itu.

“haah.. Jadi bagaimana rencanamu sekarang?” tanya Hikaru sembari berdiri

“aku hanya ingin kalian melindunginya dari Yuuya. Aku tidak tahu kapan dia akan melakukan niatnya. Jadi tolong lindungi
Sashi” ucap Yabu.

             Belum sempat kelima orang itu menjawab, terdengar suara jeritan Sashi yang memekakkan telinga dari kamar Yabu. Yabu dan kelima orang tersebut segera pergi ke kamar Yabu. Dan benar saja, saat Yabu membuka pintu kamarnya, Yuuya sudah memeluk erat Sashi dan siap untuk menancapkan taringnya ke leher gadis itu.

“YUUYAAAA!” geram Yabu. ia segera mendorong Yuuya menjauh dari Sashi. Yuuya terjatuh di lantai. Yabu mengambil posisi di depan Sashi, melindungi gadis itu.

“Kau menggangguku, Yabu-san! menyingkirlah! Dia milikku!” bentak Yuuya sembari berdiri dan menerjang Yabu hingga mereka berdua terjatuh keluar dari jendela.

            Yuuya dan Yabu berkelahi di taman tengah rumah tersebut. Kelima orang itu hanya melihat mereka. Sedangkan Sashi masih sangat shock dengan apa yang baru dia alami. Yuuya memukul Yabu dan sebaliknya Yabu memukul dan menendang Yuuya. Mereka berkelahi habis-habisan. Baju yang mereka kenakan robek di sana-sini karena serangan masing-masing dari mereka. Memang Yabu dan Yuuya adalah vampir terkuat dibanding vampir yang lain. Mereka saling menyerang tanpa ampun, mereka sama-sama kuat.

“Yabu-kun! Hentikan!” teriak Sashi. Tapi Yabu tetap menyerang Yuuya tak memperdulikan Sashi.

“sudahlah.. Mereka tidak akan bisa berhenti sampai salah satu dari mereka hancur” ucap Nana santai.

“Hancur? Maksudmu mati? Mereka teman kalian kan? kenapa kalian tidak menghentikan mereka?” tanya Sashi panik menatap kelima orang tersebut. Tapi kelima orang tersebut hanya diam. Sashi mendekati Hime, “hey! dia kakakmu kan? kenapa kau tidak mencegahnya? Bagaimana kalau Yabu-kun kenapa-napa?” Sashi pun mengguncang-guncang tubuh Hime yang tetap melihat perkelahian kakaknya itu dengan tatapan datar.

“Niichan sudah biasa seperti itu. Dia akan baik-baik saja” jawab Hime datar.

“Apanya yang baik-baik saja! Kalian ini!” kata Sashi geram. Dia pun melangkahkan kaki berlari keluar menuju taman tengah tempat kedua vampir itu berkelahi.

“kalian berdua hentikan!” bentak Sashi.

“Baka! jangan mendekat!” perintah Yabu. Yuuya berlari ke arah Sashi hendak menerjang gadis itu. Tapi Yabu dengan cepat memukul Yuuya hingga Yuuya terjatuh. Beberapa detik kemudian, Yuuya pun sudah bangkit*kembali.

“kau menggangguku Yabu-san ! aku sudah lama dan bahkan lebih dulu mengincarnya! Kau merebutnya dariku! Dia milikku dan dia mangsaku !” ujar Yuuya mendekati Sashi lagi. Kali ini tangan Yuuya sudah hampir mendekap tubuh Sashi. Yabu segera menendang Yuuya hingga dia terjatuh untuk kesekian kalinya.

“aku tidak akan membiarkanmu memangsa gadis yang aku cintai!” bentak Yabu.

“hah! Cinta? Kau ini vampir! Kau tidak bisa mencintai manusia! Manusia itu mangsa kita! Dan sejak kapan kau bisa mencintai manusia hah ?!! kau baru saja bertemu dengannya !!” Yuuya masih tak menyerah. Yuuya menyerang Yabu kembali. “Serahkan gadis itu padaku!” bentak Yuuya.

“tidak akan kubiarkan kau menyentuh Sashi!” Yabu mendorong Yuuya dan mereka pun berkelahi lagi.

               Sashi bingung dan hanya bisa menangis melihat Yabu begitu ingin melindunginya. Sebenarnya Sashi masih bingung mengapa ia sampai menjadi sasaran vampir. Ganteng pula xD #bukantermasukff. Sedangkan kelima anggota vampir lainnya hanya memperhatikan perkelahian tersebut dengan muka datar.

“CUKUP! HENTIKAN KALIAN BERDUA!” teriak Sashi saat Yabu dan Yuuya saling melemparkan kepalan tangan mereka masing-masing. Dan..

BUK!

“Sudah cukup” ujar Hikaru yang tiba-tiba sudah berada di antara Yabu dan Yuuya, menahan kepalan tangan Yabu dan Yuuya dengan kedua tangannya. Tapi mungkin keduanya ini sama-sama memendam rasa benci, hingga meraka tak menggubris Hikaru. Yabu melepaskan tangannya dari genggaman Hikaru dan berlari memanjat pohon. Yuuya yang melihat itu, ikut melepaskan tangannya dan mengejar Yabu.

                Mereka melanjutkan acara perkelahian dan kejar-kejaran mereka. Sashi yang melihat itu mendapatkan akal untuk mengalihkan perhatian Yuuya, ia segera berlari memasuki rumah. Mengetahui hal itu, Yuuya segera mengejar Sashi dan tiba-tiba Yabu meloncat ke punggung Yuuya, mencekiknya dan menggigit lehernya, menghisap lalu membuang racun vampirnya dan..

KRAAAKK !!

                Terdengar suara tulang dipatahkan. Dan benar saja, Yabu telah mematahkan kepala Yuuya. Tubuh Yuuya perlahan lemas dan BRUUUSH! Hancur seketika. Yabu tersengal-sengal dengan banyak cakaran ditubuh porselinnya. Tubuhnya jatuh terduduk begitu saja, dan segera Hikaru menghampirinya, berdiri didekatnya dan mengulurkan tangannya.

 “kalau bukan karena nasib kita sama, aku tidak akan menolongmu seperti ini, karena kau telah membunuh sahabatmu, sahabat kita. Tapi kuakui, kau hebat bisa mematahkan lehernyya hanya dalam 1 detik” ucap Hikaru dan ia tersenyum simpul

              Yabu menyambut uluran tangan Hikaru dan tersenyum lebar “seperti itu sahabat?” batin Yabu. kemudian Inoo dan Daiki menhampiri mereka. Inoo yang mampu melihat apa yang akan terjadi setelah ini, segera berkata kepada Yabu

“Yabu-kun, tidakkah kau sebaiknya segera berburu ? apa yang baru saja melintas dikepalaku mengatakan bahwa kau nantinya ..”

“mati ?” sela Yabu tiba-tiba. “aku bisa membaca pikiranmu Inoo, tenang saja. Aku tidak akan mati. Aku akan segera mencari darah setelah keadaanku mulai stabil. Setidaknya cakaran ditubuhku hilang dulu. Dan jangan menyuruhku minum darah Sashi, kubuat kau jadi sama seperti Yuuya, Arioka-san” imbuh Yabu

“aah gomen..” jawab Daiki. Padahal ia hanya membatinnya, tapi Yabu langsung tau. Sakti.

 Dan kemudian keempat pemuda beserta 2 perempuan itu masuk rumah mereka.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

“Ini kamarmu” ucap Nana setelah membuka pintu kamar tersebut. Kamar itu tak segelap kamar Yabu yang tadi. Kamar ini bercat putih dengan barang-barang serba putih yang memberikan rasa tenang.

“Malam ini, neechan bermalam disini saja, ya” ucap Hime dengan senyum manisnya.

“tidak usah takut pada kami, kami tidak akan memangsamu” kata Nana dengan gayanya yang elegan.

“ano.. apa Yabu-kun baik-baik saja?” tanya Sashi khawatir.

“ehm.. mungkin..” ucap Nana sambil mengangkat bahunya.

“sekarang neechan istirahat saja. Jaa!” ucap Hime sambil melambaikan tangannya dan keluar bersama Nana
meninggalkan Sashi di kamar itu.

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

“Sial! Kenapa aku jadi lemas begini!” gerutu Yabu berusaha menggerakkan tubuhnya yang sedang berbaring di tempat tidur. Sekarang di kamarnya sudah berkumpul lima orang yang melihatnya dengan tatapan iba.

“kau kehilangan tenagamu terlalu banyak. Kau harus meminum darah manusia. Kalau tidak kau akan mati” jelas Inoo.

“uuugh!” Yabu tetap mengumpat-umpat. Kelima orang itu memutar bola mata mereka, menghembuskan napas melihat
Yabu yang keras kepala.

“kau memang keras kepala” ucap Nana dan menyeret Hiaru keluar dari kamar Yabu. yang diikuti oleh Daiki.

 “Yabu-kun, apa kau benar-benar mencintai gadis yang baru saja kau kenal itu ?” tanya Inoo. Sekarang tinggal Inoo, Yabu dan Hime saja di kamar itu. Yabu mengangguk mantap.

“tapi.. kau baru mengenalnya. Kau baru mengetahui gadis itu.” kata Inoo tak sabaran

“aku tidak peduli” Jawab Yabu singkat

“Niichan.. tapi..”

“aku sudah memutuskannya sejak aku melihatnya. Keputusanku tak dapat diubah lagi” Yabu menyela ucapan Hime dengan tegas. Hime dan Inoo saling berpandangan. Lalu Inoo memejamkan mata sejenak dan menghela napas melihat sahabatnya itu. Memang, kalau Yabu sudah memutuskan sesuatu tak ada yang bisa mencegahnya.

“Haah~ ya sudah, lakukan apapun yang kau mau. Tapi, sekarang kau harus meminum darah manusia jika kau masih ingin hidup” jelas Inoo. Dia pun pergi dari kamar Yabu.

“oyasuminasai, Niichan” ucap Hime sembari mengikuti langkah Inoo.

Setelah pintu kamar Yabu ditutup oleh Hime. Hime melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Ia sudah sangat muak terhadapa kakaknya yang keras kepala ini. dan jujur saja, ini pertama kalinya Hime ingin menghancurkan kakaknya sendiri. Kemudian ia berputar-putar dikamarnya sendiri, sambil sesekali ia mendengar erangan kakaknya dikamar seberang. Ia tak tahan.. kemudian ..

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Tok..tok..tok


“nee-chan, kau sudah tidur ?” tanya Hime didepan kamar Sashi yang sebenarnya kamar Nana

“mm, iie.. kau bisa masuk.” Jawab seseorang didalam, Sashi

Dan kemudian, Hime membuka pintu kamar itu dan masuk.

“mengapa kau belum tidur nee-chan ?” tanya Hime sembari menghampiri Sashi yang sedang duduk di pinggiran tempat tidur. Dan kemudian ia ikut duduk disebelahnya.

“aku sedang tidak ingin tidur. Bagaimana keadaan kakakmu ?” tanya Sashi dengan nada khawatirnya

“ia sedikit kesakitan tadi.” Jawab Hime singkat, ia menyunggingkan senyuman mematikannya

“ne, kau tau neechan. Aku membencimu. Sangat membencimu. Aku tak rela Niichan mati hanya karena kau. Hanya karena melindungimu. Dan ia rela membunuh sahabatnya demi kau. Bahkan ia tega mengancamku akan membunuhku juga jika aku memangsamu. Mungkin benar ia keras kepala, tapi ia tak pernah sampai seperti ini. sampai rela mempertaruhkan nyawa demi manusia seperti kau. yang tak akan pernah pantas berada disamping Niichan.” Ucap Hime tiba-tiba.

Kemudian ia melanjutkan lagi sambil tetap tersenyum “jadi aku memutuskan supaya kau membayar apa yang Niichan rasakan. Kau mau menolongnya kan ?”

Dengan cepat Hime menarik tangan Sashi dan..

SRAAAAK !!

                Hime merobek paksa tangan Sashi dengan pisau yang ia bawa dari kamarnya dan ia sembunyikan dibalik jubahnya. Sebelum Sashi sempat berteriak, Hime telah membekap mulut Sashi dengan tangannya. Darah merah segar mengalir deras dari tangan Sashi. Hime segera mengambil gelas yang ada di meja dekat tempat tidur dan menempatkan darah yang menetes-netes dari tangan Sashi ke dalam gelas itu. Sashi merasakan sakit luar biasa dan ingin berontak.

                Apa daya, ia tak kuat, ia sudah melemah ketika darahnya terkuras habis. Dan ketika gelas itu hampir penuh, Hime segera menahan dirinya agar ia tak mencicipi darah itu. tapi ia sudah tergoda. Rasa penasarannya terhadap darah ini sudah mendidih dipuncak kepalanya. Kemudian ia menjilat darah Sashi yang menetes ke tangannya. Ketika darah itu perlahan membakar tenggorokannya, ia mulai membuka mulutnya, menunjukkan taringnya. Sashi yang sudah terisak pasrah saja. Kemudian ..

BRAAAK !!

                Hime melihat siapa yang datang. Tiba-tiba Hikaru sudah berdiri didekatnya. Memegang tangan Hime

“apa yang kau lakukan Hime-sama ?” tanyanya dengan gigi terkatup

                Hime hanya menyeringai dan seketika Hikaru menariknya dari tubuh Sashi dan menampar Hime keras

“kau lupa apa yang Yabu ancamkan denganmu ?!! kau mau mati ditangan kakakmu sendiri HAH ?! teganya kau hancurkan kebahagiaan Yabu seperti ini !!” kata Hikaru masih dengan gigi terkatup

                Seketika itu Nana dan Inoo datang kekamar itu dan melihat Sashi sudah megap-megap dengan darah menetes-netes. Nana yang masih belajar mengendalikan dirinya, tergiur dan segera saja Inoo menyeretnya keluar dan menutup pintunya. Inoo tak banyak bicara, ia segera mengambil kotak obat yang ada di sudut kamar itu dan  mulai membersihkan darah dan luka Sashi.

                Hikaru dan Hime masih saling tatap mata, hingga akhirnya Hime memukul balik Hikaru. Sesungguhnya kakak-beradik Yabu ini sama-sama mempunyai kekuatan yang sama. Sebagai vampir immortal , Hime termasuk paling kuat. Kemudian Hime berlari sembari membawa gelas berisikan darah. Hikaru yang masih tersungkur sudah bangkit lagi, ingin mengejar Hime, namun Inoo menahannya

                                                                +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

“Niichan, boleh aku masuk ?” tanya Hime dibalik pintu kamar Yabu

“mmm”

“kau sudah sehat ? ini aku bawakan darah hasil berburu ku tadi. Minumlah. Agar kau sehat kembali.” Kata Hime sembari memberikan gelas yang berisikan darah Sashi.

“arigatou. Kau berburu dimana ? bersama siapa ?” tanya Yabu sambil menerima gelas itu

“disekitar sini saja. Sendirian. Minumlah segera.” Kata Hime. Dan Yabu segera meminum darah segar itu. ia tak tau sbenarnya darah siapa itu. tentu saja ia tak tau. Yabu maupun Hime sama-sama tidak bisa membaca pikiran masing-masing.

                Ketika Yabu sudah menenggak habis darah itu, pintu kamar terbuka. Masuklah Hikaru dan Inoo.  Tak banyak basa bassi, Hikaru segera angkat bicara.       

“pernahkah kau terbayang bahwa adikmu ini hampir membunuh gadis itu ?” tanya Hikaru

“hah ?!” Yabu kaget

“darah yang barusan kau minum, adalah darah Sashi yang diminta paksa oleh adikmu. Ia merobek tangan Sashi hingga ia pingsan dan sampai sekarang tak sadarkan diri.” Jelas Hikaru.

               Yabu langsung menoleh dan menatap Hime “apa benar itu semua ?” tanya Yabu dengan gigi gemertak. Hime hanya mampu menundukkan kepala. Detik berikutnya Yabu sudah memojokkan Hime ditembok kamarnya.

“kau mau kepala dan tubuhmu terphsah seperti Yuuya hah ?! kau mau seperti itu ?!!” tanya Yabu yang matanya kini sudah benar-benar merah

               Inoo dan Hikaru segera memegang lengan Yabu, menariknya menjauh dan kemudian Hime meloncat dari jendela kamar itu. tak sempat Yabu menangkapanya kembali.

“KUSOOOOOOO !!” teriak Yabu.

“tak ada gunanya kau teriak. Lebih baik kau temui Sashi sekarang.” Nasihat Inoo

                 Dan seperti angin kencang, Yabu berlari menuju kamar Sashi. Diketuknya pintu itu. tak ada jawaban. Tentu saja, Sashi sedang tak sadarkan diri. Yabu memutuskan untuk masuk saja. Dilihatnya sashi sedang terbarig dengan mata terpejam. Bau anyir darahnya masih membekas di sekitar kamar. Ia duduk di pinggir tempat tidur dan menarik tangan Sashi yang terluka tadi. Ia melihat jahitan panjang menghiasi tangan putih itu. ditatapnya wajah yang pucat itu. ia mulai menjulurkan tangannya untuk menyentuh puncak kepala gadis itu.

“gomenne , membuatmu sampai terluka seperti ini. gomenne.” Kata Yabu pelan. Masih membelai kepala Sashi. Kemudian tangan Yabu turun menyentuh pipinya. Tiba-tiba Sashi bergerak dan membuka matanya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya dan mulai mencerna apa yang dilihatnya

“anoo , Yabu-kun ? anata .. daijobu ?” kalimat pertama yang diucapkan gadis itu

“baka. Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu ! mm, daijobu desu.” Jawab yabu sambil menyunggingkan senyumnya, menggenggam erat tangan Sashi

“boku mo, daijobu desu.” Kata Sashi singkat

“ne, Sashi-chan. maafkan aku. Kau terluka karena ku. Kau seperti ini karenaku. Gomenne. Aku tak bisa menjaga dan melindungimu.” Ucap Yabu pelan.

“iie .. tenang saja. Aku baik baik saja. Melihatmu sudah sehat seperti ini, aku senang. Setidaknya kau tidak separah tadi. Maaf kan aku juga sudah membuatmu harus membunuh sahabatmu sendiri. Gomenne” balas Sashi

                Yabu hanya tertawa pelan. Ia mentap Sashi lagi. Mata itu .. kedua mata itu, sulit sekali Sashi melepaskan tatapan itu. tatapan yang penuh arti dan kasih sayang.  Kemudian Yabu menarik Sashi untuk bangun dan memeluknya. Lama tak ia lepaskan. Sashi hanya melongo saja.  kemudian Yabu mendekatkan bibirnya ke telinga Sashi dan berkata “atashi Sashi-chan no koto ga, suki desu”

               Kemudian Yabu semakin mempererat pelukannya. Sashi membalasnya dan menangguk pelan. Lalu Yabu melepaskan pelukan itu. manatap mata Sashi lagi

“aku lega bisa mengutarakannya kepadamu. Namun maafkan aku lagi, aku tak sepertinya tak bisa berada di sisimu lebih lama lagi.” ucap Yabu tiba-tiba. Tentu saja ini membuat Sashi heran sekaligus shock

“apa yang kau maksud ? kau ..”

“ssst, tenanglah , aku akan menjelaskan kepadamu. Aku memang sudah menyukaimu sejak lama. sejak Yuuya sering mengikutimu dan pada akhirnya aku mengikutimu juga. Aku terus berada disampingmu tanpa kau tau itu. aku penasaran karena kau satu-satunya manusia yang tidak bisa aku sentuh pikirannya. Itu membuatku sedikit frustasi dan pada akhirnya aku memutuskan untuk menjagamu lebih-lebih memangsamu. Aku tak tau kenapa perasaan itu hadir. Namun melihat keadaan seperti ini, aku tak yakin kau akan selamat bersamaku setiap waktu. Aku tak bisa melihatmu terluka.” Jelas Yabu panjanglebar

“lalu kenapa kau mengungkapkan perasaan itu padaku kalau pada akhirnya kau meninggalkanku ? aku juga sayangpadamu. Tapi ..” kata Sashi yang mulai berkaca-kaca

“aku tak ingin kau seperti ini untuk kedua kalinya.” Tegas Yabu

“tapi aku ingin bersamamu..”

“tidak, kau tak bisa bersamaku.. maafkanku.” Kata Yabu lalu ia bangkit.

“tidak jangan pergi..” Sashi menahan Yabu. kalau kau mencintaiku, maukah kau merubahku ?” tanya Sashi.

               Yabu membelalak , “kau jangan bicara sembarangan.. mana bisa aku merubahmu. Kau.. kau adalah gadis yang kucintai..” namun Sashi menyelanya  “kalau begitu rubah aku !! karena kau mencintaiku maka rubah aku. Aku bisa bersamamu setiap waktu. Aku tak akan terluka seperti ini karena aku bukan manusia lagi kan ? tak ada juga yang akan mengincar darahku karena darahku sudah beku. Kumohon ..”

"tidak akan Sashi. kau pasti tau kan resikonya apa .. kehidupanmu akan .."

"yaa aku tau. sekarang aku benar-benar memohon padamu." Sashi bangkit dari tempat tidurnya, mendekati Yabu dan memeluknya "change me into immortal" bisik Sashi pelan

               mungkin karena naluri Yabu pun berkata demikian, Yabu dengan pasrah membuka mulutnya, memperlihatkan taringnya dan digigitnya leher Sashi pelan. menyalurkan racunnya. mati Sashi terpejam erat, mengerang kesakitan dan BRUK ia jatuh.

++++++++++++++++++++++++++

seminggu kemudian

               pagi bersalju menghiasi kota Yokohama yang sedang padat keramaian orang. di hawa sedingin ini mereka tetap beraktivitas seperti biasa. berbeda dengan rumah besar dengan bangunan klasik diujung kota itu, hanya ada 2 makhluk sedang berada dikamar yang paling terang dari kamar lain. yang perempuan tengah berbaring diatas kasur, terlihat begitu cantik, tubuhnya putih seperti porselin dengan mata terpejam, tidur kah ? sedangkan yang lakilaki duduk didekat jendela sambil membaca buku kesayangannya. ia menanti sesuatu.

"Yabu-kun, boleh aku masuk ?" sapa seseorang diluar kamar

"mm, yaa silahkan" jawab Yabu

"ini, aku bawakan ini. aku baru saja menghangatkannya di paci. ku harap Sashi menyukai darah yang masih hangat." kata orang itu sembari meletakkan gelas berisi cairan merah yang mengepul

'dia masih belum bangun, Inoo. mana mungkin dia minum sambil tidur ?" jawab Yabu enteng.

"tapi apa yang kulihat tidak.." jawab Inooo singkat lalu tersenyum, melangkahkan kakinya keluar kamar.

           mmang ini sudah seminggu semenjak racun vampir laki-laki ini menjalar , merasuki tubuh gadis yang berada diranjang tersebut. ia tak kunjung membuka matanya. mungkinkah racun itu telah membunuhnya ? tapi mengapa Inoo berbicara seperti itu ?

           pagi sudah berganti malam. perasaan Yabu sedang berkecemauk, tapi ia tak tau mengapa. berkali-kali ia menatap sosok gadis di tempat tidur itu. kemudian ia mendekat dan duduk disamping tubuh gadis itu. ia menunggu.. menunggu .. sangat lamaaa ..dan perlahan mata itu , terbuka, semakin lebar dan lebar ..

"Yabu-kun ?" panggilnya

"welcome to my world , my immortal" bisik Yabu

                                                                                   ~~~~~THE END~~~~~~



0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates